Setelah itu dilanjutkan dengan serangkaian acara Bersih Nagari, yang dilaksanakan di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, sampai tuntas.
Ada yang berbeda pada pelaksanaan kirab hari jadi tahun ini. Di mana terdapat 5.000 porsi makan gratis yang disediakan Pemkab Tulungagung untuk masyarakat di sepanjang rute kirab dari Pemkab Tulungagung menuju ke Pendopo.
Hal tersebut tak lain dilakukan untuk lebih banyak melibatkan masyarakat dalam serangkaian kegiatan hari jadi Kabupaten Tulungagung. Tak ayal, 4 lokasi makan gratis yang disediakan Pemkab Tulungagung diserbu oleh masyarakat. Bahkan tak sampai 1 jam dibuka, porsi makan gratis sudah habis.
Sebagai bagian dari prosesi adat Bersih Nagari, dua tumpeng besar—lanang yang terdiri atas nasi kuning lengkap dengan lauk-pauk, dan wadon yang dihiasi aneka buah—diarak dari Tugu Kartini menuju pendapa.
Warga berdesakan menunggu prosesi doa selesai sebelum secara serentak berebut isi tumpeng, berharap mendapatkan keberkahan dari makanan yang dipercaya membawa keberuntungan.
Pj. Bupati Tulungagung, Heru Suseno, dalam sambutannya menyebut tradisi ini sebagai wujud syukur atas limpahan berkah serta pengingat pentingnya harmoni dan kebersamaan.
“Tumpeng lanang melambangkan kekuatan, sementara tumpeng wadon merepresentasikan kesuburan. Ini adalah simbol keseimbangan yang harus kita jaga demi kemajuan bersama,” katanya.
“auto”>Suasana semakin meriah dengan penampilan kesenian lokal Reyog Kendang, yang mempertegas identitas budaya khas Tulungagung. Puluhan penari dengan iringan musik tradisional menyuguhkan gerakan energik, memukau para pengunjung. Harjono (52), warga Desa Kauman, mengaku bangga tradisi ini tetap lestari.
Hari Jadi Tulungagung ke-819 mengusung tema Tulungagung Berkarya, Membangun Bersama untuk Maju. Dalam rangkaian perayaan, juga digelar pasar rakyat, pertunjukan seni, dan festival kuliner khas daerah yang menarik perhatian wisatawan.
Tradisi ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga upaya memperkenalkan budaya kepada generasi muda dan wisatawan luar daerah. Selain perayaan budaya, momentum ini juga digunakan pemerintah daerah untuk merefleksikan capaian pembangunan.
Tulungagung berhasil mencatatkan angka kemiskinan terendah di wilayah selatan Jawa Timur pada 2024, yaitu 6,28 persen. Namun, tantangan seperti stunting dan pelayanan publik berbasis digital masih menjadi fokus pemerintah di masa mendatang.
Dengan semangat yang terpancar dalam tradisi dan pencapaian ini, masyarakat Tulungagung optimistis melangkah menuju masa depan yang lebih cerah.
“Budaya adalah fondasi yang menyatukan kita. Dengan kebersamaan, Tulungagung bisa menjadi daerah yang lebih mandiri dan inovatif,” pungkas Heru.